Mengapa Buah Kepel Mulai Langka dan Jarang Diketahui?
Buah kepel (Stelechocarpus burahol), juga dikenal sebagai buah kecindul atau buah nona, adalah salah satu buah asli Indonesia yang memiliki nilai historis dan budaya tinggi. Buah ini dulu sering dikaitkan dengan keraton Yogyakarta dan dianggap sebagai simbol keanggunan dan kesopanan.
Baca Juga:
Berikut Faktor Yang Membuat Buah Kepel Mulai Menghilang Dari Peredaran
1. Kurangnya Budidaya
Buah kepel tidak sepopuler buah-buahan komersial seperti mangga, jeruk, atau durian. Akibatnya, minat untuk membudidayakan buah ini sangat rendah. Petani lebih memilih menanam buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang stabil. Hal ini menyebabkan pohon kepel semakin jarang ditemui, bahkan di daerah asalnya seperti Yogyakarta.
2. Hilangnya Habitat Alami
Pembangunan infrastruktur dan alih fungsi lahan menjadi pemukiman atau perkebunan komersial telah mengurangi habitat alami pohon kepel. Pohon ini dulunya banyak tumbuh di sekitar keraton dan daerah-daerah tertentu di Jawa, tetapi kini semakin sulit ditemui karena lahan yang semakin sempit.
3. Kurangnya Pengetahuan Generasi Muda
Generasi muda saat ini lebih familiar dengan buah-buahan impor atau buah komersial yang mudah ditemui di pasar swalayan. Buah kepel, yang tidak banyak dipasarkan secara luas, menjadi semakin asing bagi mereka. Kurangnya edukasi tentang buah lokal juga turut berkontribusi pada hilangnya minat terhadap buah ini.
4. Perubahan Gaya Hidup dan Pola Konsumsi
Masyarakat modern cenderung memilih buah-buahan yang praktis, mudah dikonsumsi, dan memiliki rasa yang familiar. Buah kepel, yang memiliki tekstur dan rasa yang unik, tidak selalu sesuai dengan selera masyarakat saat ini. Selain itu, proses mengonsumsi buah kepel yang sedikit rumit (harus dikupas dan dibersihkan dengan benar) membuatnya kurang diminati.
Jika kamu sedang budidaya tanaman, tapi tidak tahu Mulsa Plastik yang Berkualitas! Tenang, kamu bisa kunjungi kami DISINI!
5. Tidak Ada Upaya Pelestarian yang Serius
Meskipun buah kepel memiliki nilai budaya dan historis yang tinggi, upaya pelestariannya masih sangat minim. Tidak ada program khusus dari pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat untuk membudidayakan atau mengenalkan kembali buah ini kepada masyarakat. Padahal, buah kepel memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai buah unggulan daerah.
6. Mitologi dan Kepercayaan yang Mulai Pudar
Buah kepel dulunya dianggap memiliki nilai magis dan sering dikaitkan dengan tradisi keraton. Konon, buah ini dapat membuat tubuh mengeluarkan aroma harum dan sering dikonsumsi oleh putri keraton. Namun, seiring dengan pudarnya kepercayaan tersebut, buah kepel pun kehilangan daya tariknya.
Dampak Kelangkaan Buah Kepel
Kelangkaan buah kepel tidak hanya berarti hilangnya satu jenis buah, tetapi juga hilangnya warisan budaya dan keanekaragaman hayati Indonesia. Buah ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai buah khas daerah, baik untuk konsumsi maupun sebagai daya tarik wisata.
Upaya yang Bisa Dilakukan
Untuk mencegah kepunahan buah kepel, beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Edukasi dan Sosialisasi - Memperkenalkan buah kepel kepada generasi muda melalui sekolah, media sosial, atau festival budaya.
- Budidaya Intensif - Mendorong petani untuk menanam pohon kepel dengan memberikan insentif atau pelatihan.
- Pelestarian Lingkungan - Menjaga habitat alami pohon kepel dan menanamnya di area-area publik seperti taman kota atau kebun raya.
- Pengembangan Produk Olahan - Mengolah buah kepel menjadi produk seperti jus, selai, atau es krim untuk meningkatkan nilai ekonominya.
Kesimpulan
Buah kepel adalah salah satu kekayaan alam Indonesia yang mulai terlupakan. Kelangkaannya disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya budidaya hingga perubahan gaya hidup masyarakat. Namun, dengan upaya pelestarian yang serius, buah ini bisa kembali dikenal dan dinikmati oleh generasi mendatang.
0 Response to "Mengapa Buah Kepel Mulai Langka dan Jarang Diketahui?"
Posting Komentar